Pemerintah mencatat meski pertumbuhan ekonomi secara global tetap lemah dan pasar finansial masih belum stabil, hingga saat ini performa pertumbuhan Indonesia tetap kokoh. Bank Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi dalam kuartal I/2016 adalah 4,92%, sedikit turun dari angka tahun sebelumnya yaitu 5,04%.
“Pertumbuhan ekonomi kita kalau dibandingkan dengan ekonomi negara lain di dunia juga bukan yang terbaik tapi satu yang terbaik”, ungkap Menko Perekonomian Darmin Nasution dalam Sarasehan Nasional Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), Rabu malam (3/8), di Jakarta.
Sarasehan dihadiri oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, para Gubernur dan Bupati atau Walikota.
Dengan risiko ekonomi global yang tinggi, capaian pertumbuhan Indonesia jauh lebih baik dibandingkan beberapa negara di dunia seperti Brazil dan Turki yang tingkat pertumbuhannya negatif.
Pada saat yang sama, sambung Darmin, pemerintah pun terus berupaya agar ekonomi Indonesia tidak terseret dalam perlambatan ekonomi secara global. Pembangunan infrastruktur menjadi andalan pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Pemerintah memang sedang menggenjot pembangunan infrastruktur baik mengundang investasi dari luar negara ataupun menggunakan APBN dan APBD”, ujar Darmin.
Saat ini pemerintah juga sudah mengkaji dan mengupayakan beberapa kebijakan terkait kemudahan investasi, mulai dari dari penyederhanaan izin berusaha hingga izin produksi. Sebanyak 12 Paket Kebijakan Ekonomi yang telah digarap selama ini juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan investasi dalam negeri.
“Kesemua paket itu pada dasarnya bertujuan untuk memudahkan orang untuk investasi dan berusaha”, tambah Darmin.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meyakini bahwa Indonesia dapat mengejar kondisi ekonomi yang kuat, seimbang dan inklusif. Reformasi struktural, lanjutnya, menjadi kunci andalan.
“Secara umum ekonomi kita baik. Indonesia tidak akan bangkit jika tidak didukung dalam penyelesaian permasalahan struktural”, tambahnya.
Ekonomi Indonesia merupakan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan merupakan salah satu ekonomi pasar berkembang. Sebagai negara berpenghasilan menengah & anggota G-20, Indonesia tergolong ke dalam negara industri baru. Indonesia adalah ekonomi terbesar ke-17 di dunia berdasarkan PDB nominal dan terbesar ke-7 dalam hal PDB Keseimbangan Kemampuan Berbelanja (KKB). Pada tahun 2019, ekonomi Internet Indonesia mencapai US$40 miliar, dan diperkirakan akan mencapai US$130 miliar pada tahun 2025. Indonesia bergantung pada pasar domestik dan pembelanjaan anggaran pemerintah dan kepemilikannya atas badan usaha milik negara (BUMN) (pemerintah pusat memiliki 141 BUMN). Administrasi harga berbagai barang kebutuhan pokok (termasuk beras dan listrik) juga memainkan peran penting dalam ekonomi pasar Namun, sejak tahun 1990-an, mayoritas perekonomian Indonesia dikuasai secara perorangan dan oleh perusahaan asing.
Setelah krisis moneter 1997, pemerintah mengambil alih sebagian besar aset sektor swasta melalui akuisisi pinjaman bank bermasalah dan aset perusahaan melalui proses restrukturisasi utang dan perusahaan yang ditahan dijual untuk privatisasi beberapa tahun kemudian. Sejak 1999, ekonomi Indonesia telah pulih. Pertumbuhan telah meningkat menjadi lebih dari 4–6% dalam beberapa tahun terakhir.
Pada tahun 2012, Indonesia menggantikan India sebagai ekonomi G-20 dengan pertumbuhan tercepat kedua, di belakang Tiongkok. Sejak itu, tingkat pertumbuhan tahunan berfluktuasi sekitar 5%. Namun, Indonesia menghadapi resesi pada tahun 2020, ketika pertumbuhan ekonomi anjlok hingga −2,07% akibat pandemi COVID-19. Ini adalah pertumbuhan terburuk sejak krisis moneter 1997.
Pada tahun 2021, produk domestik bruto Indonesia tumbuh 3,69%, karena penghapusan pembatasan COVID-19 serta rekor ekspor tertinggi yang didorong oleh harga komoditas yang lebih kuat.
Indonesia diprediksi menjadi ekonomi terbesar ke-4 di dunia pada tahun 2045. Joko Widodo telah menyatakan bahwa perhitungan kabinetnya menunjukkan bahwa pada tahun 2045, Indonesia akan memiliki penduduk sebanyak 309 juta jiwa. Menurut perkiraan Jokowi, akan ada pertumbuhan ekonomi 5−6% & PDB sebesar US$9,1 triliun. Pendapatan per kapita Indonesia diperkirakan mencapai US$29.000.
Baca Juga : https://synapsetechnologiesinc.com/pengertian-ilmu-ekonomi-terapan-beserta-contohnya/